Sahabatku yang hebat, sahabatku
yang kucintai, sahabatku yang kurindui, juga kusayangi. Pertama aku bilang, siapa
yang mencinta pasti dia pula akan merindu.
Sahabatku
yang hebat…
Entah
kalian percaya atau tidak. Biasanya, para pencinta akan selalu mengemas rindu
mereka. Pencinta untuk apa dan siapa saja, rindu untuk siapa dan rindu yang
bagaimana saja. Kerinduan adalah sebuah harta milik semua manusia yang ku
bilang sangat sederhana, namun artinya tak lebih lempit dari luas seluruh
samudera. Rindu dan cinta acap kali membawa keinginan tak sekedar berkelana dan
berpetualang di imajinasi para pencinta dan yang merindu. Namun, kekuatan tekad
untuk menjadikannya nyata. Maka aku sebut itu “mengemas rindu, menjaga cinta”.
Sahabatku
yang hebat…
Kerinduanku,
adalah tentang akan hadirnya cinta. Seperti milik nabi Ibrahim, saat akan
menyembelih anaknya. Seperti milik Ismail, yang mempersembahkannya hanya untuk
tuhannya. Seperti milik Yusuf, yang tak tergoyahkan oleh Zulaikha, dan terakhir
seperti milik mereka, dan mereka yang lain yang juga pencinta.
Sahabatku
yang hebat…
Kerinduanku
kusebut kerinduan aka kekalnya cinta.
Bagaimana
dengan sahabat ?
Kerinduanku adalah akan
kekalnya cinta. Tak seperti mereka yang mungkin saja menjualnya lantas mereka
mengatakan bahwa itu adalah sebuah pengorbanan. Tak seperti mereka yang mungkin
saja menjadikannya harta namun diam-diam kemudian merusaknya. Tak seperti
mereka yang mungkin saja menginginkannya hadir namun tak peduli lantas
meninggalkannya pergi. Kerinduanku adalah tentang akan kekalnya cinta.
Sahabatku
yang hebat…
Kembali
lagi, biasanya para pencinta yang hebat tak pernah lupa mengemas rindu mereka.
Sebab, pintu hati selalu terbuka kapan saja, tanpa bisa dipegang kuncinya. Iya,
karena kita tak kuasa. Iya, sebab bila tidak, ia akan mudah tergantikan begitu
saja. Tanpa tahu alasannya.
Sahabatku
yang hebat…
Tahukah
kalian?
Sebagai
manusia, seringkali kita korbankan pikiran, waktu dan tenaga dengan sia-sia,
untuk mengemas rindu yang tak ketahuan adanya oleh siapapun. Kerinduan itu
disimpan baik-baik dalam hati dan pikiran. Kemudian berharap tak lekas pergi.
Iya, sebab bila kerinduan itu hilang, maka cinta yang selalu diharap itu tak
pula datang.
Sahabatku
yang hebat…
Baru
aku sadar bahwa kerinduan akan tahta, telah mengantarkan kitauntuk menghamba
pada dunia yang fana ini. Tak pernah puas, walau sudah melibas yang tertindas,
walau sudah menyiksa yang teraniaya.
Kerinduan
akan harta, menyebabkan kita buta juga tuli. Menjadikan kita angkuh juga sombong.
Tak peduli mengambil punya siapa, yang penting diri tak menderita, diri tak
tersiksa, diri tak tertindas, dan diri tak teraniaya.
Kerinduan akan cinta
manusia, membawakan sengsara. Iya, sebab yang ada hanya kecewa jika cinta tak
dibalas cinta.
Sahabatku
yang hebat…
Lalu,
Bagaimana
dengan milik kita?
Kalau
setiap harinya selalu memuja yang fana. Tanpa menyadari bahwa ia ada, melihat
apa yang tak kita liahat, mengetahui apa yang tersembunyi, hingga akhirnya
menguasai seluruh isi hati.
Kalau
setiap saat kita tak pernah lalai mempersembahkan cinta, bukan untuk-NYA,
melainkan untuk sesuatu yang tak bisa memberikan apa-apa, yang juga tak punya
kuasa.
Kalau
hidup ini kita persembahkan untuk melayani mereka yang tak bisa memberi. Kalau
rindu itu kita persembahkan untuk sesuatu yang hanya menyakiti.
Sahabatku
yang hebat…
Akhirnya
aku menulis “Rindu dan Cinta Itu Untuk Siapa”
Lalu,
Untuk siapa rindu itu
kita kemas?
Lalu,
Untuk siapa cinta itu
kita jaga?
Pernahkah kita mencinta,
Pernahkah kita merindu,
Pernahkah kita mencinta
dan merindu untuk-Nya?
Lalu,
Apakah Rindu yang kita
kemas
Lalu,
Apakah Cinta yang kita
jaga
Ini agar selalu berlabuh
untuk-Nya?
Sedangkan hati ini
selalu penuh
Akan sesuatu, entah itu
apa.
Sedangkan pikiran ini
selalu berkelana,
Selalu perpetualang
entah di mana muaranya.
Lantas cinta itu untuk
siapa?
Lantas rindu itu untuk
siapa?.
Salam
Terang
SYAHRIN
KAMIL.
0 komentar:
Posting Komentar