Lorong-lorong hitam itu
Tumbuh di kepalaku
Dan lorong gelap itu
Tercipta di busung terdepanku
Lembab dalam hening malam
memucat, sunyi, sepi, senyap
Memerah pada bibir kelu
penuh luka berdarah
Entah kapan mulai aku
terbata mengeja bebait do’a
Aku terlahir dari setetes zat hina dan sebercak noda
Berujar muak akan lelahnya menyapa dosa
Semalam jiwa bergumul
dalam telanjangnya topeng diri
Seperti apa kelak ku asuh
rumah-rumah tak berpintu itu?
Lorong-lorong hitam mengusung takdir
Kususurinya dalam diam membuncah
Lenguhkah yang membuatku berani menamai hidup
Ataukah takdir tertulis yang hendak ku bentak?
Aku hanya setitik cahaya,
Hidup dari rindu-rindu semalam tanpa nama
Bermimpi dari sebait rayuan,
lalu dihantam nyata
Tak ada arah untuk nista
Tak ada arah untuk dusta
pada raut muka, selain percaya...
inilah hidup yang dipilihkannya
KAMIL.S
0 komentar:
Posting Komentar