Satu saat kita mungkin akan berjalan sendiri
Bisa saja itu pasti,
Di jalan atau arah yang sama sekali berbeda
Bahkan mungkin kita tak bisa melangkah
Engkau dengan jalan keramik putih mulus
Aku tersengal menapaki jalan berduri
Atau bahkan sebaliknya
Setidaknya itulah yang kerap datang dalam mimpi-mimpi kelabu kita
Saat itu adalah waktu
Di mana mana awal hari hingga senja yang kita impikan lewat begitu saja
Tanpa merah saga matahari, tanpa tempias hujan
Lengkap dengan lengkung pelangi di ujung cakrawala
Senja lewat begitu saja tanpa kita sadari
Karena kita masih saja sibuk berbicara tentang di awal hari hingga siang tadi
Tapi percayalah, kita akan selalu menengok
Melihat satu sama lain dengan sungging senyum elok, dengan binar mata ceria
Kita juga saling menyapa
Kita juga saling menegur, meski sedikit berbeda
Tetap ada bicara,
Bicara yang tak hanya sekadarnya
Percayalah, kita akan tetap bertukar kehangatan pada perjalanan siang itu
Percayalah, kita akan tetap bertukar cahaya pada perjalanan malam itu
Meski hanya saling meminjamkan geretan
Untuk bara dian yang padam tertiup alunan sang bayu
Atau, berbagi teguk air terakhir di penghujung jalan itu
Percayalah, kita akan tetap begitu
Jalan kita kan berbeda
Arah pun tak lagi sama
Tapi indah kan ada di sana
“Selamat pagi di negeri tujuan”
Kata-kata itu juga yang akan kita saling ucapkan di ujung jalan
Karena di sana, kita akan tetap saling bicara, bukan hanya sekadarnya
Tentang menu makan hari ini, tentang lagu dan puisi,
Tentang segala hal yang belum tuntas kita bahas dalam perjalanan
Kita masih saling bicara dari halaman rumah masing-masing, yang tersekat pagar tak tampak
Pembatas yang sepakat kita bangun bersama dari arti sebuah kepercayaan dan kejujuran
Percayalah, walaupun jalan kita kan berbeda
Percayalah, walaupun arah kita tak lagi sama
Tapi indah kan tetap bersama kita.
Kamil. S
Bisa saja itu pasti,
Di jalan atau arah yang sama sekali berbeda
Bahkan mungkin kita tak bisa melangkah
Engkau dengan jalan keramik putih mulus
Aku tersengal menapaki jalan berduri
Atau bahkan sebaliknya
Setidaknya itulah yang kerap datang dalam mimpi-mimpi kelabu kita
Saat itu adalah waktu
Di mana mana awal hari hingga senja yang kita impikan lewat begitu saja
Tanpa merah saga matahari, tanpa tempias hujan
Lengkap dengan lengkung pelangi di ujung cakrawala
Senja lewat begitu saja tanpa kita sadari
Karena kita masih saja sibuk berbicara tentang di awal hari hingga siang tadi
Tapi percayalah, kita akan selalu menengok
Melihat satu sama lain dengan sungging senyum elok, dengan binar mata ceria
Kita juga saling menyapa
Kita juga saling menegur, meski sedikit berbeda
Tetap ada bicara,
Bicara yang tak hanya sekadarnya
Percayalah, kita akan tetap bertukar kehangatan pada perjalanan siang itu
Percayalah, kita akan tetap bertukar cahaya pada perjalanan malam itu
Meski hanya saling meminjamkan geretan
Untuk bara dian yang padam tertiup alunan sang bayu
Atau, berbagi teguk air terakhir di penghujung jalan itu
Percayalah, kita akan tetap begitu
Jalan kita kan berbeda
Arah pun tak lagi sama
Tapi indah kan ada di sana
“Selamat pagi di negeri tujuan”
Kata-kata itu juga yang akan kita saling ucapkan di ujung jalan
Karena di sana, kita akan tetap saling bicara, bukan hanya sekadarnya
Tentang menu makan hari ini, tentang lagu dan puisi,
Tentang segala hal yang belum tuntas kita bahas dalam perjalanan
Kita masih saling bicara dari halaman rumah masing-masing, yang tersekat pagar tak tampak
Pembatas yang sepakat kita bangun bersama dari arti sebuah kepercayaan dan kejujuran
Percayalah, walaupun jalan kita kan berbeda
Percayalah, walaupun arah kita tak lagi sama
Tapi indah kan tetap bersama kita.
Kamil. S
0 komentar:
Posting Komentar