Selalu saja ada yang salah kala aku bercermin. Mesti ada yang kurang pas. Meski itu dilakukan berkali-kali. Aku tahu kaulah cerminku hari ini, esok dan hari-hari selanjutnya. Tapi, aku tanya pada kau cerminku.
“KAU KENALKAH AKU ?”.
Adakah yang sedang aku kenakan adalah topeng, atau make up yang terlampau tebal, atau justru alami tanpa hiasan. Atau malah bukan wajahku.
Cermin “KAU KENALKAH AKU ?”
Aku tahu kau adalah cerminku. Kau taukah bagian yang terdalam dari diriku. Seberapa lama kau bersamaku ? Akankah kau jawab itu. Apa aku harus berteriak di kupingmu kalau aku bukan pedagang wajah. Apa aku harus berteriak dikupingmu kalau aku bukan pedagan lakuan.
Cermin “KAU KENALKAH AKU ?”
Wahai cerminku, kaupun tahu bahwa yang kau lihat dan yang kau gambarkan hanyalah “drama”. Apa kau sudah lupa itu ? Apa kau pura-pura bego ataukah kau emang bego ? Wahai cerminku aku tahu dan aku paham seberapa penting sikap dan lakuan bagi sang pemiliknya. Kau mungkin tak perlu mengajariku.
Cermin “KAU KENALKAH AKU ?”
Kamil. S
“KAU KENALKAH AKU ?”.
Adakah yang sedang aku kenakan adalah topeng, atau make up yang terlampau tebal, atau justru alami tanpa hiasan. Atau malah bukan wajahku.
Cermin “KAU KENALKAH AKU ?”
Aku tahu kau adalah cerminku. Kau taukah bagian yang terdalam dari diriku. Seberapa lama kau bersamaku ? Akankah kau jawab itu. Apa aku harus berteriak di kupingmu kalau aku bukan pedagang wajah. Apa aku harus berteriak dikupingmu kalau aku bukan pedagan lakuan.
Cermin “KAU KENALKAH AKU ?”
Wahai cerminku, kaupun tahu bahwa yang kau lihat dan yang kau gambarkan hanyalah “drama”. Apa kau sudah lupa itu ? Apa kau pura-pura bego ataukah kau emang bego ? Wahai cerminku aku tahu dan aku paham seberapa penting sikap dan lakuan bagi sang pemiliknya. Kau mungkin tak perlu mengajariku.
Cermin “KAU KENALKAH AKU ?”
Kamil. S
0 komentar:
Posting Komentar