Kamis, 22 November 2012

PERNAHKAH ENGKAU TAHU BAHWA KAU ADALAH PAHLAWANKU ?

0 komentar

Tulisan ini Untuk Seorang Pahlawan Terbaik dan Terhebat Dalam Hidup Saya. Iya, Dia adalah AYAHKU.
Kamis siang saya lagi menunggu adik-adik saya yang hebat, untuk melanjutkan pembicaraan mengenai kegiatan pelatihan desain media oleh Forum Mahasiswa PKIP FKM Unhas. Saya menunggu di tempat di mana sering kuhabiskan waktuku akhir-akhir ini ketika sayaberada di kampus. Tiba-tiba datang seorang Rafiqah (biasa sayapanggil ade’ Fiqah), membawa dan melaporkan apa yang menjadi tugasnya. Iya, ada beberapa perbaikan dari apa yang menjadi tugasnya tersebut. Anehnya dia datang tidak bersama teman-temannya. Dia datang dengan membawa 3 dari sekian banyak buku koleksinya. Sejenak saya memandangi buku-buku itu, mata saya tertuju pada salah satu buku yang berlatar warna biru langit. Tertuju ke sana karena warna kesukaan saya adalah warna itu. Judul bukunya tak terlalu jelas tulisannya (sudah kabur). Kuhampiri dan sayaambil. Ternyata judulnya ‘The Power of Attitude’ yang ditulis oleh Mac Anderson seorang pendiri successories. Kata yang kemudian muncul dalam hati saya‘wow’. Dengan senyum saya bilang ke Fiqah, Ade’ bukunya saya pinjam yaa. Ok kakak, Jawabnya.
Setiba di rumah, saya istrahat dan melakukan aktifitas seperti biasa. Sekitar pukul 20.38 saya mulai membuka halaman pertama. Hasrat yang kemudian muncul adalah keinginan terus untuk membaca melanjutkan ke halaman-halaman berikutnya. Tapi, apadaya mata tak lagi menoleransi keinginan diriku untuk melanjutkan bacaan. Berhenti di halaman 13. Sampai pukul 23.13 saya terbangun kembali dan melanjutkan bacaan. Anda tahu, buku ini sangat luar biasa, dan saya patut berterimakasih pada ade’ Fiqah.
Saya terpacu untuk menulis saat bacaanku sampai pada halaman 96. Di sana ada satu kalimat yang mengigatkannku pada jasa seseorang pada diriku, yang saya sebut-sebut pahlawan terbaik dan terhebat di duniaku. Seperti ini kalimatnya : …pernahkah kau tahu bahwa kau adalah pahlawanku ?...melihat kalimat ini saya berhenti membaca dan kemudian mengambil laptop kemudian menuliskan apa yang ada di kepala saya tentang kisah seorang pahlawan ketika saya di sampingnya ataupun ketika kami berjauhan.
Di teras rumah, tempatku biasa menghilangkan penak di pikiran saya mulai menulis. Kala itu udara sangat dingin hingga menembus tulang-belulang bahkan sampai menghujam jantung. Malam sangat indah, seolah melukiskan kisah indah bersama sang pahlawan sejatiku.
SERIBU BULAN SATU NAMA, dia adalah Muskamil. Dia adalah ayah saya yang sangat hebat, Dia adalah guru saya, dia adalah sahabat saya, dia adalah pahlawan saya dan dia adalah segalanya buat saya.
Ayahku Hebat
Iya, masih ku ingat kala hidup telah memilih dan membawa saya ke dunia ini. Melalui Rahim seorang ibu yang sangat mulia. Kala itu ayahku mengumandangkan adzan di telinga kananku yang juga biasa dilakukan oleh ayah-ayah yang lain. Itulah mungkin hal pertama yang beliau lakukan terhadapku di dunia ini.
Iya, banyak hal yang kemudian tidak bisa saya hitung betapa banyaknya yang dilakukan beliau terhadapku. Ibuku pernah bercerita padaku, kala usia saya menginjak mingguan ayahku selalu menimangku, “menggendongku” membawa saya keluar rumah, memberi makanan untuk kesehatanku dengan memaparkan sinar mentari pada diriku. Ketika saya menangis beliau merangkulku, beliau merangkulku dengan pelukan hangatnya. Beliau menuntunku saat saya merangkak hingga saya dewasa seperti sekarang. Beliau selalu mengajarkan etika dan budi pekerti kepada anak-anaknya. Bukan hanya itu, beliau juga selalu mengajakku jalan-jalan menikmati indahnya panorama alam, menikmati indahnya pagi. Indahnya awal hari ketika cahaya jingga dibalut kuning emas muncul di ufuk timur, itulah kebenderangan yang selalu mewarnai hidupku ketika bersama dengan beliau.
Masih kuingat, kala itu saya berada di usia 4 tahun. Setiap awal hari ayahku membangunkanku, untuk menikmati indahnya senyuman sang mentari. Setiap pagi beliau selalu mengajakku mandi embun yang ada pada helai dedaunan hijau di kebun singkong. Dari rumah ke kebun itu saya digendong penuh dengan kasih dan sayang. Melewati hutan mente di kampong halamanku tercinta. Di hutan mente terdengar suara nyanyian burung yang bersahut-sahutan di padi hari. Indah rasanya. Ingin kuulangi, tapi apa daya satu sungai tidak mungkin dilewati dua kali begitu pula dengan masa lalu.
Ayahku juga Guruku.
Ketiaka saya berusia 7 tahun dan mulai mengenal dunia pendidikan. Saya bersekolah seperti halnya anak-anak yang lain teman sebayaku. Yang bisa kuceritakan di usia ini adalah di saat saya belajar mengeja sebuah kata dan kemudian membacanya. Sederhananya adalah belajar membaca. Beliau penyayang tapi berkarakter keras dan sangat dingin. Hampir setiap malam air mata keluar akibat pelajaran dari seorang ayah. Iya, kupikir ini adalah pelajaran paling susah buatku. Bagaimana tidak, beliau selalu berteriak, membentakku, dan memukul jari-jariku ketika saya salah dalam mengeja setiap kata. Iya, ayahku sangat keras untuk kehebatan anak-anaknya.
Anda tahu, apa pesan ayah di malam terakhir mengajariku membaca? Ini pesannya : ‘berusahalah, bertahanlah nak, kamu pasti bisa’. Keesokan harinya kala itu sayaberada di ujung hari cahaya jingga yang memerah tampak di ufuk barat seolah mentari akan menghujamkan dirinya di perut bumi. Saya duduk di atas tumpukkan balok kayu memegang sebuah buku bacaan untuk anak SD kelas 1 menikmati indahnya sore dengan terpaan angin yang sangat lembut. Yang ada di kepalsayamemikirkan apa yang dikatan ayahku tadi malam. Dalam hati berkata, yaa ALLAH biarkan saya bisa membaca. Kemudian perlahan saya membuka buku tersebut kemudian membacanya. Alhamdulillah saya bisa membaca, ini adalah mukzizat dari ALLAH. Itulah awal mulanya saya bisa mengeja dan membaca.
Di wajah beliau tampak senyuman indah, yang menggambarkan bahwa dia bahagia akan anaknya yang sudah bisa membaca.
Pesan untuk seorang anak yang berpetualang mencari ilmu
Ketika saya tamat SMP, yang ada di kepala saya, saya harus sekolah di Kota. Kala itu suasana menjadi kelabu, ibuku menangis mendengar anaknya yang masih berusia 13 tahun akan meninggalkannya untuk mengadu nasib di Kota mencari ilmu. Ayahku tersenyum sambil berkata teruslah berjalan nak. Dan itu adalah sebuah keinginan yang sangat mulia. Ayah siap menyekolahkanmu sampai kapan pun selama ayah masih mampu membiayai kamu. Pergilah.
Seminggu kemudian saya pamit kepada kedua orang tua saya yang selalu sayakasihi, yang karena keduanya saya rela kehilangan nyawa. Pesan dari ayahku pergilah nak, baik-baik di sana. Sekolah dengan baik, belajar dengan baik. Tapi ada satu pesan lagi yang selalu melakat di kepala saya sampai kekarang bahkan mungkin sampai jantung tak lagi berdetak bersama tiang pasak. Ini pesannya “berbuatbaiklah kepada sesama, perlakukanlah mereka sebagaimana engkau ingin diperlakukan oleh mereka. Mulailah dengan ikhlah, jujurlah pada sesama juga pada dirimu. Kesuksesan akan selalu menghampirimu”. Pesan yang sangat luar biasa menurutku.
Banyak kisah dan cerita antara sayadan pahlawanku (ayahku), yang mungkin tak habis dan tak berujung untuk diceritakan.
Yang pada akhirnya saya bilang Beliau sangat hebat.
Hebat tak ada tara dan tandingannya saya rasa. Seorang ayah telah mengajarkan kepadsayabagaimana kemudian menyikapi kerasnya kehidupan yang kita jalani di dunia ini. Mengajarkan kepada saya bagaimana menjalani hidup dan kehidupan yang seolah tak perhah terpisahkan dengan onak dan duri yang selalu menghalangi jalan setiap manusia. Iya, beliau mengajarkanku bagaimana bertahan pada satu titik di kehidupan ini, bertahan pada satu titik untuk tidak menjauh dan mengasingkan diri dari berbagai problematika kehidupan. Beliau sangat hebat.

Ini untuk seorang pahlawan

SayaCinta Ayah

Telah Rapuh tulang-tulangmu
yang dahulu kau gunakan
untuk memberikan kami sesuap nasi
untuk menunaikan kewajibanmu sebagai kepala keluarga

Kini… kau berdaya lagi melakukan semuanya
kini… kau hanya mampu memberikan kami nasehat
kini… kau hanya mampu mengucapkan doa yang tulus untuk kami
untuk anak yang telah kau besarkan dengan kerja kerasmu

Ayah….
Air mata ini tak mampu membalas semuanya
semua yang kau lakukan untuk hidup kami
semua yang kau berikan kepada kami

Ayah…
Kasih sayang mu takkan mampu tergantikan orang lain
Perhatian yang kau berikan kepada kami takkan pernah kami lupakan
Walaupun kadang kami tidak mengindahkan semua yang kau berikan
Kadang kami tak pernah menghargai semua yang kau berikan

Kini, kamilah yang harus melakukan semuanya
Kamilah yang harus membalas semuanya
Kamilah yang harus memperhatikanmu…

Ayah….
Izinkanlah kami menjadi anak yang berbakti kepadamu
Anak yang tak melupakan kasih sayangmu
Izinkanlah kami untuk membahagiakanmu

Meskipun kami sadar
itu semua tidak bisa membayar semua yang telah kau berikan
dan kami sadar, nyawapun takkan mampu membalas semuanya…

Terima kasih ayah…
Kini kami menjadi orang yang mampu berdiri
kini kami mampu menjadi orang yang mandiri
kini kami mampu menapaki hidup dengan doa dan kasih sayangmu…

Ayah…
Pernahkah engkau berpikir bahwa kau adalah pahlawan kami ?

SALAM TERANG
SYAHRIN KAMIL

SATU LAGI : Masihkah Pacaran Sebuah Keharusan ?

0 komentar


TULISAN INI KUPERSEMBAHKAN UNTUK SAHABAT-SAHABAT SAYA YANG HEBAT
SATU HATI, DUA HATI. SERIBU CINTA, SEJUTA KASIH & SAYANG. Kalimat itu lewat di kepalaku, kala aku duduk santai di teras rumah yang berukuran kira-kira 2 kali 4 meter. Di malam yang hitam tapi kurasa indah. Sekitar pukul 23.14 menit kupandang langit yang luas, awan kelabu bahkan hitam berarakan ke sana kemari dengan alunan sang bayu, bintang-bintang yang jua masih setia menemani sang rembulan. Kicauan burung hantu, melantunkan melodi-melodi di malam yang hitam yang indah. Itulah yang membuatnya kusebut malam hitam tapi indah.
Malam itu sangat dingin. Iya dingin sekali rasanya. Belaian sang bayu menusuk hingga menembus tulang belulang. Sedikit bergetar tangan dan tubuhku, tapi rasanya ingin terus berada di sini. Menikmati indahnya malam yang kusebut tadi.

Pikiran terus berkelana dan berpetualang. Khayalku tak lagi terbendung. Akhirnya aku menemukan sebuah keganjilan dari kehidupan masa lalu saya. Iya, Aku sebut pengalaman ketika ‘PACARAN’. Berhenti di sana sejenak, kemudian khayalku meneruskan petualanggannya membuka apa yang terjadi ketika pacaran ku jalani dengan mereka yang pernah menjadi pacarku.

Hasil dari seluruh rangkaian imajinasiku tersebut adalah pertanyaan muncul di kepala saya, kurasa sangat kontoversial dengan dengan mereka yang paradigmanya beda denganku.
Inilah pertanyaan itu : Masih Haruskah Aku Berpacaran ?
Mengenal lawan jenis dengan dalih untuk mengenal pribadi masing-masing. Padahal kenyataannya, hanya sedikit kejujuran yang di tampakkan pada saat pacaran. Rasa takut yang besar untuk di tinggal pasangannya atau hendak mengambil hati pasangannya membuat mereka menyembunyikan keburukan yang terdapat dalam dirinya. Sudah menjadi rahasia umum, jika usia pacaran yang lama tak menjamin bahwa itu menjadi suatu jalan untuk memuluskan hubungan menuju jenjang pernikahan. Sudah tak menjamin adanya pernikahan setelah sekian lama menjalin masa pacaran, juga banyak di bumbui pelanggaran terhadap rambu-rambu Allah. Maksiat yang terasa nikmat.

Zaman sekarang, berpacaran sudah selayaknya menjadi pasangan suami istri. Si pria seolah menjadi hak milik wanita dan si wanita kepunyaan pribadi si pria. Mereka pun bebas melakukan apapun sesuai keinginan mereka. Yang terparah adalah sudah hilangnya rasa malu ketika melakukan hubungan suami istri dengan sang pacar yang notabene bukan mahram. Padahal pengesahan hubungan berpacaran hanya berupa ucapan yang biasa di sebut “nembak”, misalnya “I Love You, maukah kau menjadi pacarku?” dan di terima dengan ucapan “I Love You too, aku mau jadi pacarmu”. Atau sejenisnya. Hanya itu. Tanpa adanya perjanjian yang kuat (mitsaqan ghaliza) antara seorang hamba dengan Sang Pencipta. Tanpa adanya akad yang menghalalkan hubungan tersebut. Hubungan pacaran tak ada pertanggungjawaban kecuali pelanggaran terhadap aturan Allah. Karena tak ada yang namanya pacaran islami, pacaran sehat atau apalah namanya untuk melegalkan hubungan tersebut.

Kita berlelah melakukan hubungan pacaran. Melakukan apapun guna menyenangkan hati sang kekasih (yang belum halal) meskipun hati kita menolak. Jungkir balik kita mempermainkan hati. Hingga suka dan sedih karena cinta, cinta terlarang. Hati dan otak di penuhi hanya dengan masalah cinta. Kita menangis karena cinta, kita tertawa karena cinta, kita meraung-meraung di tinggal cinta, kita pun mengemis cinta. Hingga tak ada tempat untuk otak memikirkan hal positif lainnya. Tapi sayang, itu hanya cinta semu atau kesia-siaan. Kita berkorban mengatasnamakan cinta semu. Seorang pacar, hebatnya bisa menggantikan prioritas seorang anak untuk menghormati orangtua. Tak sedikit yang lebih senang berdua-duaan dengan sang pacar di banding menemani orangtua. Pacar bisa jadi lebih tau sedang dimana seorang anak di banding orang tuanya sendiri. Seseorang akan rela menyenangkan hati pacarnya untuk di belikan sesuatu yang di suka di bandingkan memberikan kejutan untuk seorang ibu yang melahirkannya. Seseorang akan lebih menurut pada perintah sang pacar di banding orang tuanya. Hubungan yang baru terjalin bisa menggantikan hubungan lahiriah dan batiniyah seorang anak dengan orangtua. Akihirnya yang ada untuk itu adalah bualan yang menular, kantong kering, dan lain-lain.

Jika pun akhirnya menikah, maka tak ada lagi sesuatu yang spesial untuk di persembahkan pada pasangannya. Sebuah rasa yang seharusnya di peruntukan untuk pasangannya karena telah di umbar sebelumnya, maka akan menjadi hal yang biasa. Tak ada lagi rasa “greget”, karena masing-masing telah mendapatkan apa yang di inginkan pada masa berpacaran. Bisa jadi, akibat mendapatkan sesuatu belum pada waktunya maka ikrar suci pernikahan bukan menjadi sesuatu yang sakral dan mudah di permainkan. Na’udzubillah.

Parahnya jika tiba-tiba hubungan pacaran itu kandas, hanya dengan sebuah kata “PUTUS” maka kebanyakan akan menjadi sebuah permusuhan. Apalagi jika di sebabkan hal yang kurang baik misalnya perselingkuhan. Kembali hati yang menanggung akibatnya. Hati kemudian meringis kesakitan akibat cinta yang semu tadi. Kesedihan yang berlebihan hingga beberapa lama. Hati yang terlanjur memendam benci. Tak sedikit yang teramat merasakan patah hati dikarenakan cinta berlebihan menyebabkannya sakit secara fisik dan psikis. Juga ada beberapa kasus bunuh diri karena tak kuat menahan kesedihan akibat patah hati.
Iya, nampaknya terdengar berlebihan. Tapi, mungkin saja itu adalah kenyataannya, hati adalah suatu organ yang sensitif. Bisa naik secara drastis, tak jarang bisa jatuh langsung menghantam ke bumi. Apa yang di rasakan hati akan terlihat pada sikap dan perilaku. Hati yang terpenuhi nafsu akan enggan menerima hal baik. Ada orang bilang, jangan pernah bermain dengan hati. Karena dari mata turun ke hati, kemudian tak akan turun kembali. Akan ada sebuah rasa akan mengendap di dalam hati. Jika rasa itu baik dan di tujukan pada seseorang yang halal (suami atau istri) maka kebaikan akan terpancar secara lahiriah. Bukan sebuah melankolisme yang kini merajalela.

Banyak pelajaran dari diriku dan sekitar. Kenapa masih harus berpacaran??
Karena ingin ada teman yang selalu setia mendengar tiap keluh kesah?? Tak selamanya manusia bisa dengan rela mendengarkan keluhan manusia lainnya. Hanya Allah yang tak pernah berpaling untuk hambaNya. Bisa jadi secara fisik sang pacar rela mendengar dengan seksama, tapi dia juga manusia yang akan merasa bosan jika selalu di cecoki dengan berbagai keluhan.

Malu di bilang jomblo??
Jika dengan jomblo kita bisa terbebas dari rasa yang terlarang, kenapa harus malu?? justru kita akan merasa nyaman bercengkerama dengan Allah karena sadar hati kita hanya patut di tujukan kepadaNya bukan yang lain. Justru kita harus bangga, di saat yang lain berlomba untuk melakukan hal terlarang tapi kita menjauhinya. Kemudian tak akan ada perasaan was was karena telah melanggar aturan Allah. Kita bebas berkumpul dengan kawan-kawan tanpa ada kekangan dari orang yang sesungguhnya tak memiliki kewenangan terhadap diri kita.
Mungkin masih banyak lagi kesia-siaan dalam berpacaran. Dan sesungguhnya belum tentu sang pacar akan menjadi pasangan kita kelak.

Pacaran ibarat narkoba, banyak yang mengelak bahwa dengan berpacaran mereka memiliki semangat baru dan sederet hal positif yang mereka deklarasikan. Tapi sama halnya dengan alkohol, maka manfaat yang di dapat jauh lebih kecil di banding kemudharatan yang di hasilkan. Karena segala sesuatu yang di larang Allah, pasti ada sebab dan manfaatnya.
Kemudian ada yang berdalih, toh pacaran itu tidak merugikan orang lain. Tidak merugikan orang lain, namun hukum Allah jauh lebih baik untuk di ikuti ketimbang menurutkan hawa nafsu yang berakhir pada jurang kebinasaan.
Kemudian banyak orang yang berdalih dan aku ada di dalamnya kala itu. Dalih mereka ini adalah sebuah jalan menunju ke sana (pernikahan). Jalan ini mereka tempuh juga dengan dalih pencocokkan karakter.

William Jennings Bryan pernah bilang seperti ini : Takdir bukanlah mengenai kesempatan, melainkan mengenai pilihan. Ia bukanlah sesuatu yang kehadirannya ditunggu, melainkan sesuatu yang harus di raih. Ketika hal ini diterjemahkan dengan keliru maka hasilnya adalah bukan sebuah kebaikan tapi sebuah kehancuran. Banyak hal yang kupikir untuk dilakukan, misalnya diajak berteman biasa tanpa harus pacaran. Bagiku itu sudah cukup untuk mengenali satu sama lain.
Inilah pergeseran paradigma yang terjadi pada diriku.
Inilah SIKAP yang kutempuh dengan sepenuh hati, yang mungkin saja akan membuat perbedaan yang cukup besar dengan orang-orang sekelilingku.
Merdekakanlah dirimu dari kekangan satpam-satpam yang kalian cintai, yang kalian cintai dengan cinta kesia-sian.
Cintailah Seseorang yang bias mendatangkan kecintaan dari ALLAH SWT.
Teruslah berjalan, sampai akhirnya kita memilih sesuatu. Pilihlah hal itu dengan segenap hati.

SALAM TERANG
SYAHRIN KAMIL


Rabu, 21 November 2012

KENGEN UNTUK SAHABAT

0 komentar

Dalam remang cahaya lilin
Sekilas nampak kilauan kasih
Memedarkan arti kekelabuan hati
Sesaat seolah redup
Membisakan harapan cinta dan kerinduan

Dalam dada menyesak arti ketidakpastian
Sesekali ingin semua cita teraih
Namun, tak dapat menembus batas ruang
Yang semakin menjauh

Dikala sekelebat kilat menyala
Cahayanya menyilaukan mata
Bukan terang yang kuraih
Namun kegelapan setelahnya

Hamparan bunga cinta menjadi merana
Kedinginan, ingin ada yang memetiknya
Dipandang ditaruh dalam vas bunga
Walau nantinya layu
Namun hidupnya menjadi berarti
Menikmati semua tujuan yang dicapai

SENDIRI

0 komentar

Di kesepian malam aku sendiri
Termenung dibawah cahaya rembulan
Kelap-kelip para kejora
Yang selalu setia menemani sang rembulan
Di alam..
Pucuk-pucuk daun meliuk indah
Mengikuti irama sang bayu perlahan

Angin…., Aku hargai kau menghiburku
Memang tidak ingin aku berlama-lama
Larut dengan gelapnya malam
Terombang-ambing oleh kelamnya awan
Angin…., Tolong katakan pada bintangku
Aku rindu dan berharap dia hadir disini
Dengan segala ketulusan cintaNya
Ingin aku mengajaknya bernyanyi
Menari, berdansa berdua
Angin…, katakanlah padaNya
Aku perlu belaian sejuta kasihNya
Ingin aku menikmati indahnya malam ini
Dengan kehangatan peluk mesraNya
Angin…, untuk yang terakhir
Katakanlah padanya
Aku benci dengan kesendirian ini
               =Syahrin Kamil=

KUJELANG

0 komentar


Pagi yang indah kujelang kembali
Menghempaskan mimpi meraih bergantinya hari
Di ufuk timur tersirat cahaya kedamaian
Sejenak siang kan berusaha mendepak
Aku bilang pada diriku
Ini akan….
Membangkitkan semangat menghangatkan perasaan
Hembusan angin menemaniku berjalan
Mengiringi langkah berpadu dalam kepastian
Gemersik dedaunan bak irama kehidupan
Kicauan burung di pagi itu
Hembusan sang bayu
Sepoi-sepoi
Mereka selalu dan
Selalu setia menyanyikan lagu kemenangan
Dalam menggapai makna cita dan cinta
Dalam mewujudkan makna hidup yang sesungguhnya
Hidup akan aku
Biarkan pergantian hari terus berjalan
Karena setiap saat akan selalu kujelang
Sampai akumulasi detik ini berhenti
Semua terus akan kujelang sampai jantung
Tak lagi berdetak
Bersama tiang pasak

Senin, 19 November 2012

IBUKU PALING CANTIK SEJAGAD

0 komentar
SERIBU BULAN SATU NAMA dan disetiap awal hari cahaya jingga, kemilau keemasan terpancar di ufuk timur. Setiap ujung haripun dua cahaya itu tetap jua terpancar di ufuk barat. Seolah merekah tersenyum menjalani hari ketika diawal, dan santun sebelum meninggalkan hari ketika ujung akhir hari. Iya, dia Matahari. itulah sumber cahaya itu. Karunia Sang Pencipta yang tiada tertandingi penguasa seluruh jagat raya dan seluruh isi perut jagat ini. Rerimbunan tautan hijau, kebun singkong, kacang, jagung, area hutan jati.
Disana Seorang wanita kupikir dia adalah wanita mulia. Iya, memang dia adalah wanita mulia. Pertama kali memperlihatkan cahaya jingga itu, kemilaunya, Santunnya yang ramah menyudutkan satu kata di hati.,”subhanallah..!!!”. kepada buah hati yang dikandungnya.   Sore itu perempuan perkasa, cantik mempesona, tidak terlalu tinggi, kalau pun jadi pramugari pasti pantaslah beliau pantas sepantasnya. Gerai rambutnya lurus namun hitam kusam, kuku kukunya pecah pecah tak lagi berwana putih suci seperti dulu saat baru dilahirkan dari rahim ibunya, kini warnanya putih kekuning kuningan karena tanpa lelah berdharma bakti demi keluarganya. Postur tubuhnya yang tidak terlalu tinggi itu, tapi tak sedikitpun gerakkannya yang menggambarkan ketidakkuatannya, tak ada sahabat..!! Lengannya berotot seolah lengan-lengan pelaku panco yang tiap harinya dibuatnya untuk membersihkan kebun kecil dan halaman istananya. Kakinyapun berotot seolah kaki kaki bodi guard yang tiap harinya dibuatnya untuk berjalan kaki kepasar membawa jualannya, sebut saja jualannya itu roti goreng dan aneka gorengan lainnya. Kesemuanya itu adalah buatan sendirinya. Sangat mulia kurasa, beliau lakukan untuk membelikan apa yang diinginkan oleh delapan buah hati yang dikasihinya. Telapak kakinya serupa tanah persawahan yang kering kerontang tak ada hujan selama bertahun-tahun dan tak pernah dibajak sehingga pecah pecah selaras pandang. 
Kau tahu sahabat siapa perempuan perkasa itu sahabat..???  Ia adalah Ibuku,,sahabat!!   Seribu bulan Satu nama dan nama itu adalah WA ODE UMI indah bukan nama itu!! Itu adalah nama Ibuku sahabat!! Namanya adalah gambaran pesona jiwa, cinta kasihnya yang murni,,Kepada keluarganya, kepada sekitarnya. UMI arti yang sebenarnya adalah buta huruf. Iya, tapi tidak buta akan kasih dan cinta kepada keluarga dan sekitarnya. Perkasanya membuat aku malu jika aku harus menyerah untuk mengejar mimpi, cita cita dan harapan. Maka yang aku lakukan adalah terus merangkai mimpi dengan imajinasi juga kerja keras dan do’a. Ibundaku tercinta yang cantiknya tiada tara sejagad raya, yang budi pekertinya laksana air yang membersihkan tubuhku selepas aku bermain tanah putih di halaman istana kecil kami seharian dengan satu kakak perempuanku dan enam adik-adikku. Senyumnya seakan membangkitkan semangatku, anak kedua putra pertamanya dan lelahnya adalah tangisanku.   Ibuku karap kali membelaku, dibanding bandingkan dengan saudara-saudaraku yang lainnya. Belakangan baru aku tahu mengapa ibuku selalu membelaku, kala aku masih kecil diusia 7 sampai 13 tahun ibuku selalu menyiksa dan memukuliku dengan kayu karena kesalahanku. Bahkan sebelum aku ke Makassar berpetualang mencari ilmu, ibu acap kali mengeluarkan air mata bak Kristal yang jatuh dari langit. Pikir anaknya yang dulu selalu disiksanya.
Ibuku adalah seorang pekerja keras sahabat, yang tanpa lelah selalu menjadi penopang hidup keluargaku setelah ayahku.   Kali ini aku bingung harus menulis apalagi untuk mengungkap semua hal tentang ibuku tercinta. Kecantikannya tiada yang mampu menandingi, Cantiknya Nasrah, Bawelnya Asri, teduhnya Mustika, Hingga perempuan terkasihku sekalipun tiada yang mampu menandingi ibunda tercintaku. Tiada sahabat, tiada yang bisa.  Selamat Ulang Tahun Ibu,,Selamat Ulang Tahun, Aku tahu Ibuku takkan pernah tahu bahwa esok adalah ulang tahunnya. karena seumur umur ia tak pernah tahu apa itu Ulang tahun apalagi merayakannya. Tak pernah sahabat,,tak pernah sekalipun,,   Seumur umur itu juga aku tak pernah pula mengucapkan kalimat itu sahabat,,,,!! sumpah aku tak pernah. Karena tiap kali aku bertanya tanggal berapa ibuku dilahirkan, Ibuku tak pernah tahu kapan Ia dilahirkan, Mungkin baginya tanggal kelahiran tak jauh lebih penting ketimbang kabahagian keluarga..   Namun aku meyakini hari itu, 19 November adalah tanggal ulang tahun ibuku, Tanggal itulah tanggal lahir ibuku,,aku meyakini itu,,meski Ibuku tak pernah tau,,entah aku mendapat ilham dari mana, hanya saja aku ingin mengucap kalimat ulang tahun kali ini untuk ibuku,,untuk yang pertama kalinya,,pertama kali dalam hidupku, dan pertama kali pula seumur hidup ibuku..pertama kali,.   Selamt Ulang Tahun Ibu,,Selamat Ulang Tahun,,!!!   I miss and love U,,forever,,Forever,,forever!!!

SALAM TERANG
SYAHRIN KAMIL

Sabtu, 17 November 2012

Yang Lalu, Yang Hilang

0 komentar


            YANG HILANG akan berlalu, yang lalupun akan hilang bersamaan dengan akumulasi detik yang tak henti berrotasi. Dua penggal kalimat ini buatku adalah pelajaran paling berharga untuk semua orang, itu menurutku. Dari deretan pengalaman hidup yang indah, yang manis, bahkan yang buruk akan tertuang dalam tulisan ini. Ketika aku berpetualang dalam mencari sesuatu yang aku cari, kesemuanya itu juga termuat dalam tulisan ini. Perjalanan ini kurasa unik juga menyenangkan. Keunikan itu terlukis dari gejolak kehidupan saya. Keluarga, Sahabat, teman, bahkan mereka yang pernah menjadi kekasihku. Merekalah yang membuat hidupku unik dan menyenangkan terutama ketika waktu seharian kuhabiskan dengan mereka yang pernah menjadi kekasihku.
            Kembali…
            Yang hilang akan berlalu,
            Entah berpamit atau menghilang tanpa kata dititipkan untukku, untukmu, untuknya dan untuk mereka yang ditinggalkan. Iya, ‘bejat’ memang kupikir mereka yang pergi tanpa pamit.
            Iya, kurasa yang kutulis ini bukan tentang kebejatan yang hilang tanpa kata. Tapi, keindahan yang pernah terjadi dalam hidup yang pernah diukir olehnya yang hilang dalam hidupku.
            Kupikir masa itu…
            Ketika aku berjalan mundur dan hilang dari tempatku berpijak saat ini dengan kurun waktu mungkin 3 atau 4 tahun. Kemudian aku berjalan ke depan kembali menapaki jejak itu.
            Indah Rasanya, Iya sangat Indah…
            Yaa.. Sebuah keindahan juga kedamaian yang kurasakan. Tapi, kembali lagi ada kata tapi. Di sisi lain kedamaian itu terkadang membuatku gelisah. Kegelisahan akibat terlena dengan suasana indah. Hidupku seolah tak punya arah dan tujuan. Pernah berpikir untuk mati saja. Logika tak lagi sejalan dengan kata hati yang paling dalam. Aku juga sudah mulai ragu dengan apa yang dikatakan oleh kalbuku. Untung aku sadar sepintar-pintarnya diriku, logikaku, tak sepintar hatiku. Iya.. Itulah yang menyelamatkannku.
            Suatu waktu aku berpikir bahwa aku ini telah mati. Bagaimana tidak, aku berada di lingkungan banyak orang sedangkan mereka tak menghiraukannku. Maka aku berpikir bahwa aku telah tiada. Kala itu, otakku serasa akan pecah. Pikiranku berkelana, pikirannku berpetualang tak tahu entah ke mana tak ada akhir, tak ada batas untuk itu. Sampai akhirnya aku menemukan muara dari petualangan itu. Muara itu berpusat pada satu tempat kusebut itu ‘Entah Berantah’ karena aku tak tahu tempat itu apa, di mana, siapa penghuninya. Di sana aku melihat lelaki tua, lekuk badannya bak busur panah yang hendak menghempaskan anak panahnya. Di kepalaku timbul tanya entah apa yang ada di kepala lelaki tua itu, dia berjalan sembari tersenyum kecil menghitung langkahnya. Kemudian sekonyong-konyong aku mendekati dan menyalaminya. Aku bercerita kepadanya tentang apa yang kualami saat ini. Panjang kuceritakan kisahku, diakhir dia berkata “jadilah pemenang atas dirimu”. Kemudian hilang dari hadapanku. Oh ternyata aku bermimpi.
            Mimpi itu yang membangunkanku dari tidurku, dari masalahku. Kalimat lelaki tua itu melekat di kepalaku. Hingga aku tersadar bahwa aku berada pada jalan yang salah. Suatu malam di sepertiga malam terakhir aku terbangun. Aku kemudian menghampiri kran air. Kemudian aku Membasuh kedua telapak tanganku, sampai akhirnya Membasuh kedua telapak kakiku. Kemudian di atas sajadah Tua ku kedua tanganku menengadah memohon kepadanya aku berdo’a Tuhan tunjukkan jalan yang benar untukku, Bantulah aku menjadi pemenang atas diriku. Tak sadar tetesan air mata membasahi sajadah tuaku tersebut.
            Cerita di atas mengisahkan ketika aku menjalin kasih dengan teman kuliahku, dia adalah Nurjanah.  Hasil dari do’aku akhirnya aku sadari bahwa aku bermasalah dengan diriku, aku futur bukan karena dia, bukan karena mereka, tapi dirikulah yang bermasalah dengan diriku. Sampai akhirnya aku ceritakan masalah pada dua sahabatku yang hebat, sahabat yang aku kasihi, Adi dan Baim. Mereka hebat, ketika aku jatuh, mereka berdua membangunkanku, ketika aku salah mereka menegurku, mereka mengkritisiku, aku sangat bersimpati pada mereka. Setelah mendengar curhatannku, mereka bilang ikuti kata hatimu sambil menepuk dada kiriku, hilangkan sedikit keakuanmu. Semua akan baik-baik saja.  
            Aku tersenyum…
            Dan berkata kepada mereka, terimakasih teman.
            Aku pernah menulis seperti ini
            Aku berpijak dan berjalan di bumi-NYA
            Kesemuanya… Rahmat & Cinta dari-NYA
             DIA telah memberikan keAKUan padaku
            Sehingga aku bisa hidup seperti seharusnya
            Tapi,..
            Kembali lagi kata tapi bersama tulisan ini
            Keakuan ini haram untuk melukai hati yang suci
            Hati yang suci pada seorang wanita mulia.

            =Syahrin Kamil=
           
            Inilah yang menyadarkan aku bahwa aku memang benar-benar bermasalah dengan diriku.

            Dua penggal kalimat ini kuperuntukkan Dia yang pernah menjadi kekasihku. Ketika masa lalu berlalu maka yang lalu perlahan akan menghilang untuk selamanya. Bersamanya hidupku indah dan juga ketidakindahan selalu ada. Suatu ketika Ramadhan datang, aku jemput ini dengan hati yang bahagia. Awal Ramadhan kurasa sangat indah. Ya bagaimana tidak? Ada yang selalu membangunkanku disaat sahur menjelang.
            Tapi, petaka datang ketika wanita itu meninggalkan sejenak kota ini, ke kota asalnya. Komunikasi aku, dia sangat jarang. Sejenak aku berpikir dan bertanya. Apa gerangan yang terjadi pada kami. Pikiranku kembali berkelana mencari apa yang harusnya aku dan dia lakukan. Tapi, kesemuanya tak ada titik yang kutemui. Alhasil pertengkaran kembali mencuat di permukaan.
           
            Keakuanku Membahana…
            Itu hal yang kembali terjadi pada diriku, dirinya.
            Ketidakcocokkan mulai aku rasakan, kami tak mungkin lagi bersama. Handphone kecilku kemudian membantu untuk berbicara dengannya. Satu kata yang aku bilang. ‘Kita Selesai’!. Haa.. katanya. It’s ok. No problem. Pembicaraan putus. Tak ada komunikasi. Seminggu lamanya waktuku dalam seminggu itu kuhabiskan di kepalaku untuk pikir dia yang sebenarnya masih kucintainya. Rindu masih miliknya, sayang masih miliknya. Tapi egolah yang mematikan semuanya.

            Maaf adalah senjataku…
            Setiap masalah menghampiri kata maaflah yang selalu setia menemani saya untuk menemuinya yang masih kucinta. Setiap kata maaf kuucap jawabnya juga dimaafkan. Hal ini rasanya nyaman dan menyenangkan. Di sisi lain, kenyamanan ini juga menggelisahkanku, kegelisahan mencuat karena kupikir seakan tidak ada perjuangan yang kulakukan untuk bersamanya lagi. Di kepalaku kembali muncul tanda tanya besar apakah dia benar masih bersamaku?. Entahlah.
           
            Semuanya Baik-baik saja…
            Akumulasi detik terus berjalan hingga membawa kami di satu waktu yang sangat indah. Kala itu aku, dirinya berjalan bersama menunggangi sepeda motor ku, entah tempat itu di mana. Tapi kurasa sangat indah. Yaa.. tidak ada masalah yang menghampiri. Senyumku senyumnya kembali merekah di bibirku dan bibirnya yang manis. Kebahagiaan seakan tak ada batasnya. Komunikasi sangat lancar. Hingga malam kami lewati tanpa lelap. Mata tak ingin tertutup, bibir terus berkata. Itulah mungkin kebahagiaan yang aku rasakan bersamanya.
            Dari itu pernah kutulis puisi
            Kala itu aku di sudut ruangan kecil di kampus ungu
            Seperti ini
            Entah apa.
            Apa yang ada di benak dua anak manusia ini.
            Aku bingung…
            Malam seakan milik mereka berdua
            Keduanya melewati malam tanpa lelap

            Malam…
            Dengan kebisuan tanpa warna
            Mereka meniadakan hal itu
            Warna tercipta ketika cerita tak berujung.

            Tapi, yang mereka ceritakan
            Yang keduanya bicarakan adalah sebuah ketidakwajaran.

            Entahlah…
            Yang ku tahu
            Mereka telah menciptakan taman langit
            Di malam yang bisu
            Di malam yang tanpa warna.

            =syahrin kamil=

            Pergi Tanpa Pamit…
            Ketidakjelasan hubungan kami kembali mencuat. Suatu ketika aku tanya kabar dan ingin bicara kecil dengannya. Dia berkata cari temammu untuk bercerita. Hatiku seakan dicabik-cabik, tubuhku seakan dicambuk seribu kali. Sakit kurasa. Iya kesakitan dikala bahagia tak lagi bersamaku. Kucoba beberapa kali untuk membujuk dia yang lagi masih kucinta. Tidak. Jawabnya. Kegilaan muncul di diriku. Pada akhirnya aku kirimkan pesan singkat dari ponsel kecilku ‘lakukan apa yang terbaik menurutmu, aku tak pernah ingin mencampuri urusanmu lagi’ selamat tinggal’. Tak ada respon, kukira dia telah pergi untuk selamanya. Iya memang benar adanya.
            Aku kemudian membisu…
            Waktu terus berlalu, sedangkan aku masih dan tetap membisu kala aku berhadapan dengannya. Kebisuanku terjadi akibat sakitnya hati yang kupunya. Hatiku seakan berteriak pada Tuhan. Tuhan aku bisa lintasi bumimu sampai dimanapun ujungnya, aku bisa rajai hari, aku bisa menjadi raja atas mereka. Tuhan aku sakit tolonglah aku. Hasilnya aku bahagia dengan bantuan Tuhanku, Tuhanku menjamah segala do’aku. Dan pada akhirnya aku bisa hidup seperti seharusnya.

            Hikmah itu kemudian muncul…
            Kebahagiaan muncul seketika…
            Sahabat kita hanya mampu merencakan sesuatu, tapi maha rencanalah yang memutuskan semuanya, masih ada rahasia dibalik rahasia, yang bisa kita lakukan mulailah dengan ikhlas jangan pernah memikirkan hasil dari apa yang kita kerjakan. Ketika kita beranjak dengan keikhlasan apapun hasil dari karya kita, kesemuanya dengan lapang akan kita terima, karena itulah yang terbaik untuk kita.
            Terakhir…
            Mencintai, anda siap untuk memberi
            Bukan menerima, bukan itu
           
            Tapi, satu hal yang akan ku bisikkan pada sahabat
            Aku bersyukur telah mencintainya
            Dengan mencintainya
            Telah memperluas wawasanku tentang
            Ketdakwajaran dan ketidakharusan untuk dilakukan



            Salam Terang
            SYAHRIN KAMIL

Lorem ipsum dolor

Visitor

Content

Featured Posts

Pengunjung

Flag Counter
Diberdayakan oleh Blogger.

Social Icons

Search This Blog

Popular posts

 

Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com